Kisah Kearifan Lokal Desa Les Melestarikan Terumbu Karang Buleleng

Rabu, November 27, 2013

les,terumbu,wisata selam,buleleng,bali
Foto : Wisuda, Mongabay Indonesia

Berkat program transplantasi karang yang dilakukan kelompok nelayan, terumbu karang yang dulunya rusak sekarang sudah menjelma keindahan bawah laut yang menawan.

Langit yang biru, laut yang biru, dan pemandangan alam atas serta bawah laut yang luar biasa, membuat Desa Les tak hanya menjadi salah satu pelopor nelayan ramah lingkungan, tetapi juga tempat yang pantas untuk dihormati dan dikenang akan kearifan masyarakatnya dalam menghargai alamnya.

Desa Les, di Kecamatan Tejakula, Kabupaten Buleleng, Propinsi Bali adalah salah satu desa yang sadar akan bahaya kehilangan terumbu karang. Sebelum tahun 1982 hanya terdapat nelayan ikan untuk tujuan konsumsi di Desa Les.

Nelayan dari pulau Jawa yang mencari ikan hias di desa inilah yang mendorong nelayan Les, mempelajari apa yang sedang dilakukan oleh nelayan Jawa tersebut.

Kemudian, nelayan Les pun mulai beralih. Dari profesi sebagai nelayan ikan untuk konsumsi,  menjadi nelayan ikan hias. Pada awalnya nelayan ikan hias Les hanya berjumlah empat sampai tujuh orang. Melihat perkembangan yang dihasilkan, jumlah nelayan ikan hias terus berkembang dalam jumlah yang lumayan besar.

Cara tangkap yang dilakukan pada waktu itu adalah dengan menggunakan jaring yang tradisional. Sejalan dengan meningkatnya permintaan pasar serta tergiur kemudahan yang ditawarkan penggunaan sianida, nelayan kemudian beralih menggunakan sianida.

Karena kebutuhan keluarga yang mendesak, maka kegiatan menggunakan sianida ini berlangsung cukup lama. Secara perlahan terumbu karang desa les semakin rusak. Ikan-ikan hias dan konsumsi pun berkurang secara drastis. Para nelayan Desa Les, harus mencari ikan hias jauh dari kampung halaman mereka. Waktu itu, pencarian ikan hias bisa mencapai dataran sulawesi dan Nusa Tenggara Timur.

Beberapa orang dan LSM pencinta lingkungan pun mulai mengadakan perdekatan ke beberapa tokoh nelayan ikan hias Desa Les. Dan beberapa di antaranya mulai sadar akan bahaya dari sianida.

Pada tahun 2001, sianida pun mulai ditinggalkan, dan kembali pada jaring tradisional. Bahkan jaring pun digunakan yang lembut, agar tidak merusak karang-karang Desa Les.

Nelayan Desa Les kini tak lagi menggunakan peledak. Rehabilitasi karang pun dilakukan. Kelompok nelayan ikan hias juga dibentuk, untuk mewadahi kegiatan para nelayan. Dan dilakukan standarisasi untuk pencarian ikan hias yang ramah lingkungan.

Desa Les pun menjelma menjadi desa wisata selam yang cukup menarik. Berkat program transplantasi karang yang dilakukan kelompok nelayan Les, terumbu karang yang dulunya rusak karena sianida, sekarang sudah menjelma menjadi barisan hard dan soft coral yang indah. Ikan-ikan warna-warni yang dulunya hilang, kembali berdatangan menghiasi dunia bawah lautnya.

Kondisi terumbu karang Indonesia saat ini semakin memprihatinkan. Di kawasan Indonesia tengah dan timur, yang notabene memiliki sebagian besar sebaran terumbu karang di indonesia, yaitu 60.000 kilometer persegi, kerusakan terus terjadi. Data Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) menyebutkan, hanya 30 persen terumbu karang dalam kondisi baik, 37 persen dalam kondisi sedang, dan 33 persen rusak parah.

Sebagian besar terumbu karang dunia, sekitar 55 persen, terdapat di Indonesia, Filipina, dan Kepulauan Pasifik; 30 persen di Lautan Hindia dan Laut Merah; 14 persen di Karibia; dan 1  persen di Atlantik Utara.

Selain pemanasan global dan penimbunan laut dengan dalih reklamasi, faktor pendorong kerusakan terumbu karang di Indonesia yang terbesar, justru datang dari masyarakat pesisir sendiri. Pencarian hasil laut dengan menggunakan bom dan potasium masih sering dilakukan.
(Wisuda/Mongabay.co.id) # nationalgeographic.co.id #






READ MORE - Kisah Kearifan Lokal Desa Les Melestarikan Terumbu Karang Buleleng

Lestarikan Terumbu Karang


RUMPUT LAUT - Penanaman transplantasi terumbu karang oleh kelompok pelestari 
terumbu karang di Kecamatan Angsana.

BATULICIN - Pemkab Tanbu tetap berkomitmen untuk melestarikan terumbu karang, khususnya yang ada di Kecamatan Angsana dan Sungai Loban. Kawasan terumbu karang ini berpotensi menjadi objek wisata.
Selain melakukan langkah program berupa transplantasi dan rehabilitasi, pemerintah daerah melalui dinas terkait melakukan langkah taktis lain dengan mengikutsertakan peran aktif masyarakat nelayan setempat.

“Mereka tergabung dalam kelompok pelestari terumbu karang,” ujar Bupati Tanbu Mardani H Maming.
Secara bertahap, pemerintah daerah akan terus mendorong dan memfasilitasi pembentukan kelompok pelestari dan penjaga terumbu karang daerah. Pembentukan kelompok ini bertujuan untuk melestarikan dan merehabilitasi keberadaan terumbu karang yang merupakan habitat biota laut yang dilindungi undang-undang.
“Bentuk dukungan dari pemerintah daerah terhadap kelompok pelestari ini dengan melakukan pembinaan dan penyuluhan setiap bulannya,” jelasnya.

Dalam wadah kelompok pelestari terumbu karang itu, warga nelayan yang tergabung di dalamnya menjalankan tugas dan fungsinya sebagai agen pembaharu dan pendorong pelestarian terumbu karang.
“Secara khusus mereka melakukan langkah-langkah pelestarian terumbu karang seperti menggelar kegiatan tranplantasi terumbu karang dan rehabilitasi terumbu karang,” ujarnya.

Kedepan, ujar Mardani, pemerintah daerah juga akan menjalin kerjasama dengan organisasi kepemudaan dan sosial kemasyarakatan untuk turut serta menjadi agen atau kelompok pelestari terumbu dan pecinta laut.(kry/by/ema) 
http://www.radarbanjarmasin.co.id
READ MORE - Lestarikan Terumbu Karang

‘Tsunami’ Bintang Laut, Rusak Terumbu Karang Great Barrier Reef


Bintang laut Mahkota Berduri bertanggung jawab atas punahnya 40% terumbu karang 
di Great Barrier Reef selama 27 tahun terakhir. (Credit: ABC licensed)

Hamparan karang di Great Barrier Reef terancam rusak oleh wabah bintang laut Mahkota Berduri yang tercatat paling merusak.

Hamparan karang di Great Barrier Reef yang terletak antara Cooktown dan Cairns sudah lebih dahulu diserang wabah ini dan tercatat sudah empat kali dilanda wabah sejak tahun 1960.
"Saat ini jumlah bintang laut Mahkota Berduri terus meningkat, dan sepertinya dalam 12 bulan lagi kita akan melihat seluruh kawasan karang Great Barrier di Cairns akan tertutup bintang laut berduri,” kata Kol McKenzie, yang mengepalai Asosiasi operator Wisata Taman Laut (AMPTO). 
Para pakar menilai jumlah tutupan Mahkota Berduri terus bertambah. Setidaknya saat ini ada jutaan bintang laut Mahkota Berduri yang tersebar sepanjang ratusan kilometer, dan terus bergerak kearah selatan searah dengan arus laut.
"Saat ini memang belum terlalu padat, tapi jumlahnya sudah pasti terus bertambah dan melonjak jauh dari catatan sebelumnya," kata Profesor Morgan Pratchett dari Pusat Riset Studi Terumbu Karang di  Universitas James Cook.
Pratchett memperkirakan dalam waktu dekat wabah bintang laut Mahkota Berduri ini akan menutupi hamparan terumbu karang Great Barrier Reef di perairan Townsville dan Whitsundays.
Bintang laut Mahkota  Berduri adalah spesies asli, dan Profesor Peter Doherty dari Institut Ilmu Kelautan mengatakan ada bukti-bukti kalau wabah bintang laut ini merupakan fenomena alami.
"Bintang laut itu sebenarnya adalah tumpukan kulit dan duri yang melapisi Gonad (organ reproduksi bintang lau) yang dipersenjatai sangat baik untuk menemukan dan memakan karang.  Jadi cepat atau lambat spesies ini memang akan mewabah," katanya.
Pratchett menambahkan teori lain menyebutkan ledakan jumlah bintang laut di kawasan hamparan terumbu karang Great Barrier Reef turut dipicu oleh kegiatan manusia. Terutama oleh meningkatnya pemakaian pupuk yang kemudian terbawa arus ketika banjir.
"Banjir  yang terjadi selama musim hujan banyak mengandung endapan dan unsur hara. Dan itu mendorong tumbuhnya plankton yang kemudian meningkatkan sel tumbuhan dan menyediakan kondisi makanan yang sempurna untuk Mahkota Berduri dan kombinasi dari situasi itu membuat jumlah bintang laut melonjak pesat.” Paparnya.
Meski penyebab pasti dari ledakan bintang  laut Mahkota Berduri ini masih diperdebatkan, sejumlah pakar setuju kalau kondisi air laut yang buruk dan limpasan dari kawasan pertanian, kian memperburuk masalah.
Ancaman utama Great Barrier Reef
Belum lama ini pemerintah federal meluncurkan penilaian strategis dari terumbu karang Great Barrier Reef dan Mahkota Berduri serta limpasan pertanian masuk dalam daftar ancaman utama  bagi hamparan terumbu karang terbesar didunia yang terletak di Laut Coral, di lepas pantai Queensland, Australia tersebut.
Faktanya, dalam studi terbaru AIMs, Mahkota Berduri bertanggung jawab atas lebih dari hilangnya 40% terumbu karang di hamparan terumbu karang Great Barrier Reef selama lebih dari 27 tahun terakhir.
Professor Doherty dari Institut Kelautan Australia mengatakan saat ini hamparan terumbu karang di Great Barrier Reef berada pada kondisi paling buruk sejak monitoring di kawasan itu dilakukan sejak 30 tahun lalu.
Terobosan terbaru untuk memerangi dominasi bintang laut di terumbu karang ini dicapai lewat senjata racun sekali tembak yang ditemukan tahun ini. Mekanisme penyuntikan racun dibagian lengan bintang laut ini diakui efektif menjauhkan bintang laut dari kawasan terumbu  karang yang sering dikunjungi wisatawan tersebut.
Namun menurut Nick Heath dari WWF  mekanisme suntikan racun satu kali tembak ini tidak akan mencegah atau menghentikan wabah bintang  laut Mahkota berduri.
"Jumlah bintang laut Mahkota Berduri sudah terlalu ban yak, ini seperti Tsunami dan tidak ada upaya manusia yang bisa mencegah mewabahnya bintang laut ini,” katanya.
Heath mengatakan solusi jangka panjang untuk mencegah lonjakan bintang laut mahkota berduri ini harus melibatkan perbaikan kualitas air dan upaya lanjutan untuk mencegah limpasan dari kawasan pertanian yang perlu melibatkan industri pertanian.

The Great Barrier Reef adalah sistem terumbu karang terbesar di dunia yang terletak di Laut Coral, di lepas pantai Queensland, Australia.  Hamparan terumbu  karang ini diperkirakan terdiri dari lebih dari 2.900 terumbu individual dan 900 pulau. Terhampar sepanjang lebih dari 2.600 kilometer, di atas lahan seluas sekitar 344.400 kilometer persegi, membuat  kawasan Terumbu Karang ini dapat dilihat dari luar angkasa dan menjadi  struktur tunggal terbesar di Bumi yang dibuat oleh organisme hidup. Peter McCutcheon # http://www.radioaustralia.net.au #

READ MORE - ‘Tsunami’ Bintang Laut, Rusak Terumbu Karang Great Barrier Reef

Selasa, Oktober 29, 2013

Kongres Terumbu Karang 2014 Diadakan di Manado

 
Sekitar 50 negara akan menghadiri Kongres Terumbu Karang Dunia (/WCRC) di Kota Manado, Provinsi Sulawesi Utara pada Mei 2014. "Beragam persiapan telah kami lakukan termasuk melakukan koordinasi dengan kementerian terkait seperti kementerian kelautan dan perikanan serta kementerian koordinator dan kesejahteraan rakyat," kata Kepala Dinas Kelautan dan Perikanan, Ronald Sorongan, di Manado, Rabu.
 
Dia mengatakan, WCRC merupakan pertemuan tingkat tinggi yang melibatkan negara-negara pemilik terumbu karang di seluruh dunia dan akan membicarakan kelestarian serta manfaatnya bagi kehidupan umat manusia dan alam. "Pesertanya diperkirakan sama dengan pelaksanaan konferensi kelautan dunia yang dilaksanakan di Kota Manado pada beberapa tahun lalu. Dan peserta dari berbagai negara ini terdiri dari menteri-menteri atau pejabat tinggi setingkat menteri kurang lebih dari 50 negara," katanya.
 
Dia mengatakan, pelaksanaan konferensi terumbu karang dunia ini adalah bagian dari perayaan lima tahun pelaksanaan konferensi kelautan dunia dan "Coral Triangle Initiative". "Karena waktu pelaksanaan yang sudah semakin dekat ini, Kementerian Koordinator Bidang Kesejahteraan Rakyat sebagai pelaksana telah memfasilitasi pelaksanaan rapat koordinasi terkait dengan kesiapan teknis panitia," katanya.
 
Dia mengatakan, rakor yang dilaksanakan di kantor kemkokesra, Rabu (16/10) dipimpin Acep Djalambat sebagai Staf Ahli Menkokesra Bidang Perubahan Iklim dan Mitigasi Bencana dan Togap Simangunsong, Asisten Deputi Urusan Mitigasi dan Adaptasi Perubahan Iklim Kemenkokesra. Beberapa pejabat dari Kementerian Perikanan dan Kelautan, Kementerian Luar Negeri, Mabes TNI dan Polri, Direktur Kapet Manado-Bitung Noldy Tuerah, Karo Pemerintahan dan Humas Noudy Tendean, Karo Perlengkapan Femmy Suluh, serta dan Karo Umum Rudij Roring, juga hadir dalam rakor tersebut, katanya.(Ant)
 
Sumber: METROTVNEWS.COM 
READ MORE -

Akhirnya, Misteri Terumbu Karang Hidup Diketahui

Akhirnya, Misteri Terumbu Karang Hidup Diketahui

foto : ilustrasi (istimewa)

Misteri tentang bagaimana terumbu karang hidup di "padang pasir samudera" terpecahkan setelah tim peneliti dari Belanda mengamati peran spons bagi kehidupan ekosistem terumbu karang.
Terumbu karang adalah ekosistem paling aktif di Bumi yang berkembang di perairan yang kurang nutrisi. Dan spons menjaga kelangsungan hidup terumbu karang.

Binatang berpori yang merupakan penyusun terumbu karang itu menjaga karang tetap hidup dengan mendaur ulang bahan organik menjadi makanan siput, kepiting, dan makhluk laut lainnya.

Dalam penelitian yang dipublikasikan di jurnal ilmiah Science, para peneliti menyatakan bahwa spons mendaur ulang materi organik 10 kali lebih banyak dari bakteri dan menghasilkan nutrisi sebanyak gabungan produksi nutrisi terumbu karang dan alga.

Mereka "pahlawan tanpa tanda jasa" dari komunitas terumbu karang, kata penulis utama hasil penelitian itu, ahli ekologi akuatik di Universitas Amsterdam, Jasper de Goeij.

"Hingga kini tak ada yang benar-benar memperhatikan spons. Mereka terlihat bagus, tetapi orang-orang lebih tertarik pada terumbu karang dan ikan," katanya seperti dilansir laman BBC.

"Ternyata spons adalah pemain besar- mereka layak mendapatkan penghargaan atas peran mereka," kata de Goeij.

"Jika Anda ingin terumbu karang penuh warna dan beraneka ragam, Anda butuh spons untuk memeliharanya".

Terumbu karang tropis dikelilingi air yang kurang nitrogen dan fosfor, yang seharusnya menghambat pertumbuhan mereka.

Dan karena terumbu karang melepaskan hingga separuh lebih bahan organik ke air laut, mereka memerlukan sistem untuk memulihkan nutrisi dan mendaurulangnya ke ekosistem.

Bakteri melakukan sebagian pekerjaan ini, tetapi hasilnya tidak cukup melimpah untuk melayani ketergantungan kimia keseluruhan komunitas terumbu karang.

Spons (porifera) adalah penyaring yang hidup di celah-celah batu, menyedot plankton dan bahan organik yang dilepas ke laut oleh karang.

Di Curacao, Kepulauan Karibia, de Goeij dan timnya mempelajari empat spesies utama spons- pertama dalam laboratorium akuarium, kemudian dalam sebuah terumbu karang alami dimana ilmuwan menutup sebuah rongga.

Mereka memberi makan porifera dengan gula berlabel dan menelusuri perjalanan molekul-molekul itu.

Pertama, spons menyerap gula itu dari air, yang lalu dengan cepat tertumpah ke dalam sel penyaring (choanocytes)-detritus (hasil penguraian tumbuhan dan binatang yang telah mati) yang jatuh ke dasar laut.

Dalam dua hari, molekul yang sama ada dalam makanan siput dan makhluk laut lain pada sedimen yang mengandung limbah spons.

Siput-siput ini nantinya menjadi makanan mahkluk lebih besar, dan begitulah lingkaran berlanjut.

Bukan hanya kecepatan, tetapi juga perputaran volume makanan yang membuat peneliti terkejut, sekitar 10 kali lebih banyak dari hasil daur ulang bakteri.

Tim peneliti Belanda memperkirakan "lingkaran spons" ini memproduksi nutrisi hampir sama banyak dengan produsen utama (terumbu karang dan alga) dalam keseluruhan terumbu karang tropis. [ant] 
Seruu.com 

READ MORE - Akhirnya, Misteri Terumbu Karang Hidup Diketahui

Laut Morotai Dirusak, KPK Diminta Bertindak


JAKARTA - Kader HMI melakukan demonstrasi di depan Kantor Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK). Kehadiran lembaga mahasiswa hijau hitam ini di lembaga antirasuah itu menuntut KPK bertindak atas dugaan pelanggaran yang dilakukan PT Morotai Marine Culture (MMC) dalam mengengembangkan mutiara dan ikan kerapu di Morotai, Maluku Utara.

"PT MMC dalam melakukan usaha pembudidayan mutiara yang telah melanggar izin yang dikeluarkan. Berdasarkan UKL/UPL adalah sebesar 4,5 hektar, tapi fakta di lapangan menunjukan bahwa telah terjadi pelebaran areal usaha menjadi 10 hektar," kata koordiantor aksi, Mukmin Ilyas di Gedung KPK, Selasa (22/10).

Mukmin menjelaskan pemilik PT Morotai Marine Culture (MMC), Robert Sukendy membangun infrastruktur bisnisnya juga merusak lingkungan hidup di sekitarnya. Material karang dan kayu mangrove dimanfaatkan sehingga menimbulkan kerusakan terumbu karang dan merusak hutan mangrove.

"KPK harus segera turun tangan memeriksa kasus ini. Kami khawatir ini akan membuat marah masyarakat sekitar. Sumber hidup mereka yang nelayan terganggu dengan kehadiran MMC," katanya.

Dalam mengoperasikan pembudidayan ikan kerapu dan pembudidayaan Mukmin juga punya bukti bahwa MMC tidak memiliki dokumen Amdal sebagaimana diatur dalam peraturan pemerintah Nomor 27 tahun 1999 tentang analisis dampak lingkungan. Bukti ini diserahkan ke KPK sebagai data pendukung atas dugaan pelanggaran yang dilakukan MMC.

Mukmin juga menyebut PT MMC dalam mempekerjakan tenaga kerja tidak melaksankan standar procedural ketenaga kerjaan. Selain itu dalam pemanfaatan listrik non PLN mereka jugaa tidak memiliki izin usaha. Dan PT MMV juga tidak memberikan manfaat kepada masyarakat sekitar.

"Segera tangkap Komisaris PT MMC Rober Sukendy dan Fony Gonga. Konspirasi antara Fadel Muhammad dan Robert dalam pemberian izin sarat dengan manipulasi sehingga Rakyat Morotai dirugikan," tegasnya.

Mahasiswa juga menedesak KPK untuk segera mengaudit PT MMC yang beroperasi di atas lahan negara secara ilegal sejak tahun 2008. Mukmin juga meminta agar Bareskrim Mabes Polri untuk segera memeriksa Direktur Reskrim Polda Maluku Utara yang diduga membekingi PT MMC. "Mendesak Bupati Pulau Morotai segera menutup paksa PT MMC karena diduga ilegal," tandasnya. jpnn.com


    READ MORE - Laut Morotai Dirusak, KPK Diminta Bertindak

    Mengembalikan Terumbu Karang di Samudra Hindia

    Kamis, September 26, 2013

    Enam puluh persen terumbu karang di dunia terancam, juga akibat pemanasan global. Di kepulauan Seychelles berlangsung proyek rehabilitasi mencangkok karang sehat pada terumbu yang di ambang ajal. 


    Para penyelam kembali naik ke permukaan air lewat tengah hari. Satu per satu, mereka naik ke atas kapal yang berlabuh dekat pulau kecil di samudra Hindia. Sudah dua kali mereka menyelam hari itu, setiap kali selama satu setengah jam.

    Di perairan kepulauan Seychelles itu mereka membersihkan apa yang disebut “lahan pembibitan karang”, sejejeran tali-temali dan jaring pada pipa-pipa yang terpancang di dasar laut. Pada tali-tali dan jaring itu tumbuh 10 jenis terumbu karang.

    David Derand yang pertama naik ke atas kapal, memimpin tim ini. Terumbu karang bagaikan rumah bagi ikan dan melindungi pantai dari erosi, tapi bisa mati karena kekurangan oksigen atau makanan. "Kerang yang tumbuh menjamur, bersaing dengan karang," jelas Derand, "Karena itu kami berusaha menyingkirkannya.” Kala menyelam, tim ilmuwan itu menyikat bersih setiap bagian tali dan jaring itu.
     
    Karang yang pulih

     
    David Derand, koordinator proyek di Seychelles

    Karang yang dibibitkan itu diambil dari terumbu karang yang berhasil pulih dari proses pengelantangan seputar 1998. Ketika itu, El Niño menyebabkan pemanasan air laut khususnya di samudra Hindia. Hal itu menyebabkan gangguan pada proses fotosintesis karang dan mengubah jaringan selular karang menjadi transparan. 15 persen terumbu karang di dunia berada di perairan ini. Proses pengelantangan bisa membunuh sekawasan besar.

    Menurut laporan World Resources Institute pada tahun 2011, sekitar 75 persen karang terumbu dunia terancam oleh ancaman global seperi perubahan iklim dan pengelantangan, dan dampak aktifitas manusia sperti polusi dan penangkapan ikan yang berlebihan.

    Derand berharap karang yang dibibitnya lebih resisten terhadap ancaman, karena berhasil pulih setelah mengalami pengelantangan.
     
    Fase berikut: pencangkokan 

    Setelah 12 bulan, karang yang telah membesar itu dicangkokan di terumbu karang yang di ambang ajal. Derand bersama timnya baru dua kali melakukan pencangkokan, yang pertama kali pada bulan Desember 2012.

    Kat, seorang relawan Inggris berusia 26 tahun bercerita bahwa pencangkokan pada terumbu karang tampaknya berhasil. Ikan-ikan sudah kembali bermukim di sana. Proyek penyelamatan terumbu karang ini berlangsung selama tiga tahun, dan berlandaskan apa yang disebut "konsep berkebun".

    Seperti surat berantai, konsep yang dipelopori Pusat Oseanografi di Israel ini diteruskan ke kelompok-kelompok lain di berbagai negara. Kepada Deutsche Welle, Derand mengatakan, "Kami berusaha membantu alam, tapi nantinya alam harus bisa pulih sendiri.“

    Selain dari turisme, penduduk kepulauan Seychelles bergantung pada laut untuk kelanjutan hidupnya. DW.DE
    READ MORE - Mengembalikan Terumbu Karang di Samudra Hindia

    Spesies Terumbu Karang Mirip Bunga Kamboja Ditemukan di Bali

    akamboja

    Ada kabar baik bagi para penggemar keindahan bawah laut. Spesies baru terumbu karang kembali ditemukan di kawasan perairan Bali. Euphylia baliensis sp., demikian spesies baru terumbu karang yang ditemukan dalam sebuah penelitian untuk memetakan potensi kelautan Bali yang dilaksanakan sejak tahun 2011 lalu.

    Euphylia Baliensis memiliki bentuk yang sangat unik, mirip seperti bentuk bunga kamboja. Seperti diketahui, bunga kamboja merupakan salah satu jenis bunga yang seringkali diidentikkan dengan Bali. Euphylia baliensis memiliki beberapa karakter morfologi yang berbeda dengan jenis karang lainnya dari genus euphyllidae. E. baliensis memiliki corallites yang relative lebih kecil (dengan diameter rata-rata 3mm), dengan cabang yang lebih kurus, pendek dan sedikit terklasifikasi. Memiliki tentakel yang tumpul, berwarna merah gelap hingga cokelat dengan bagian dasar berwarna agak kehijauan ujung berwarna krem.

    Jenis karang baru ini hanya dijumpai pada kedalaman 27 – 37 meter di perairan sekitar Padangbai-Candidasa, di Kabupaten Karangasem, Bali. # Info Unik, Menara-FM.com 
    READ MORE - Spesies Terumbu Karang Mirip Bunga Kamboja Ditemukan di Bali

    Sulut Berharap Nelayan Ikut Menjaga Terumbu Karang


    DKP Sulut Berharap Nelayan Ikut Menjaga Terumbu Karang
    ilustrasi

    Dinas Kelautan dan Perikanan Sulawesi Utara (Sulut) berharap, nelayan ikut menjaga kelestarian terumbu karang sebagai penyanggah kehidupan. "Manfaat terumbu karang sangat banyak baik dari sisi ekonomis maupun ekologis," kata Kepala DKP, Ronald Sorongan di Manado, Kamis.
        
     Dia mengatakan, dari sisi ekonomis, terumbu karang menyediakan stok ikan yang dikonsumsi nelayan pesisir atau masyarakat luas ketika dibawa ke pasar, sementara dari sisi ekologi menjadi benteng penyanggah daratan apabila terjadi air pasang.
         
    "Terumbu karang telah menjadi sumber pangan bagi masyarakat pesisir yang ada di belahan dunia. Bahkan apabila dikalkulasi sekitar 500 juta menggantungkan kehidupan bagi sumberdaya yang disediakan terumbu karang," katanya.
        
    Karena itu menurut dia, nelayan yang setiap hari dekat dengan laut dan terumbu karang hendaknya menggunakan cara-cara lestari untuk menjaga kesinambungan peran terumbu karang, dengan tidak melakukan kegiatan-kegiatan yang merusak.
        
    Sebab menurut dia, di beberapa tempat nelayan menggunakan bahan peladak untuk menangkap ikan yang tak hanya merusak karang juga memusnahkan ikan-ikan kecil serta biota laut lainnya sebagai penyedia nutrisi ikan.
        
    "Ada juga yang sengaja menempatkan jangkar atau menggunakan zat kimia untuk mengambil ikan yang bersembunyi di sela-sela karang. Nah ini sangat berbahaya karena butuh waktu lama untuk recovery atau tumbuh tunas baru apabila rusak," katanya.
        
    Karena itu dia mengharapkan, nelayan bermitra dengan pemerintah dalam menjaga kelestarian terumbu karang, apalagi telah ada bantuan-bantuan untuk pengembangan ekonomi nelayan penangkap, pengolah atau budidaya di setiap kabupaten dan kota. "Salah satunya dengan memberikan perahu bermesin bagi nelayan sehingga mereka boleh melaut lebih jauh," katanya.(ant) TRIBUNMANADO.CO.ID



    READ MORE - Sulut Berharap Nelayan Ikut Menjaga Terumbu Karang

    Ada Ikan Purba Beratnya Tiga Kali Gajah Afrika

    Selasa, Juli 30, 2013


    Ilmuwan mengungkap bahwa Leedsichthys bisa punya ukuran hingga 16,5 meter pada usia 38 tahun serta memiliki bobot 21,5 ton, setara 3 gajah Afrika. | SWNS.com

    KOMPAS.com — Lewat analisis fosil, ilmuwan mengungkap keberadaan ikan purba raksasa yang bobotnya mencapai 21,5 ton atau tiga kali gajah afrika saat ini. Bernama Leedsichthys, ikan itu punah 160 juta tahun lalu bersama punahnya dinosaurus.

    Peneliti University of Bristol yang melakukan riset percaya bahwa ikan raksasa itu bisa berkembang hingga punya panjang utuh 9 meter saat berusia 20 tahun. Sementara itu, pada usia 38 tahun, ikan itu bisa mencapai panjang 16,5 meter.

    Keberadaan spesies ikan purba tersebut sudah diketahui sejak tahun 1886, saat ilmuwan bernama Alfred Nicholson Leeds menemukan fosilnya. Namun, ilmuwan sulit menentukan ukuran pasti ikan tersebut karena fosil yang ditemukan terfragmentasi, sulit diidentifikasi.

    Kini, dengan mengumpulkan fosil-fosil yang terfragmentasi dan melihat posisi insangnya, ilmuwan bisa memperkirakan ukuran panjang dari ikan yang bisa mencapai umur 40 tahun tersebut.

    Jeff Liston dari School of Earth Sciences University of Bristol mengatakan, "Kami melihat banyak spesimen—bukan cuma tulang, melainkan juga struktur pertumbuhan internal, seperti struktur lingkaran pohon—untuk mendapatkan informasi tentang umur dan perkiraan ukuran."

    Liston seperti dikutip Daily Mail, Rabu (24/7/2013), mengungkapkan, "Salah satu aspek yang paling mengagumkan dari ikan ini adalah mulut suspensinya yang tampak seperti mengembangkan struktur yang bertautan dengan insang untuk mengekstrak plankton saat melewati mulut."

    Menurut Liston, penemuan ini akan membantu menguak dinamika populasi alga di masa Jurassic, memperoleh pemahaman produktivitas di laut masa kini, dan melihat bagaimana produktivitas berubah seiring waktu. # Yunanto Wiji Utomo






    READ MORE - Ada Ikan Purba Beratnya Tiga Kali Gajah Afrika

    PEMANASAN GLOBAL MEMPERKECIL UKURAN IKAN

    Rabu, Juli 10, 2013


    Ilustrasi : Pemanasan Global | Andrea Zeppilli


    Kegagalan untuk mengontrol emisi gas rumah kaca berpotensi menimbulkan dampak pada ekosistem laut yang lebih buruk dari perkiraan. Para peneliti menyatakan, pemanasan global akibat emisi gas rumah kaca berpeluang memperkecil ukuran ikan.

    Pernyataan tersebut didasarkan pada hasil penelitian yang dilakukan dengan melakukan pemodelan reaksi ikan terhadap rendahnya level oksigen di laut. Meningkatnya suhu air laut menyebabkan oksigen terlarut menurun. Para peneliti menggunakan data Panel Ahli Antarpemerintah tentang Perubahan Iklim (IPCC) untuk pemodelan.

    Berdasarkan pemodelan dampak meningkatnya temperatur air laut pada 600 spesies ikan antara tahun 2001 hingga 2050, diketahui bahwa dengan peningkatan suhu, ukuran ikan laut bisa berkurang antara 14 - 24 persen dari ukuran semula. 

    Dr William Cheung dari University of British Columbia yang melakukan penelitian mengatakan, "Kenaikan temperatur akan meningkatkan kecepatan metabolisme ikan. Ini memicu peningkatan permintaan oksigen untuk aktivitas normal. Dengan demikian, ikan akan kehilangan oksigen untuk tumbuh saat ukuran kecil."

    Penelitian juga menyimpulkan pergerakan ikan akibat pemanasan global. Menurut hasil riset itu, ikan akan bergerak menuju ke kutub dengan kecepatan 36 kilometer per dekade sebagai dampak dari meningkatnya suhu air laut.

    Dr Alan Baudron dari University of Aberdeen di inggris yang tak terlibat penelitian mengatakan bahwa pengecilan ukuran ikan bisa berdampak negatif di dunia perikanan maupun kelangsungan hidup masing-masing spesies ikan itu sendiri.

    "Individu yang lebih kecil memproduksi telur yang lebih sedikit dan lebih kecil. Ini akan berdampak pada potensi reproduksi ikan dan dapat mengurangi ketahanannya pada faktor lain seperti tekanan perikanan dan polusi," kata Baudron seperti dikutip BBC, Minggu (30/9/2012).

    Ke depan, perlu diselidiki respon biologis tubuh terhadap peningkatan suhu. hasil penelitian ini dipublikasikan di jurnal Nature Climate Change.
    Yunanto Wiji Utomo - KOMPAS.COM
    READ MORE - PEMANASAN GLOBAL MEMPERKECIL UKURAN IKAN

    IKAN ANEH BISA BERTAHAN HIDUP DUA BULAN DI DARATAN


    Mangrove rivulus | comparativephys.ca

    Ikan mangrove rivulus mungkin adalah jenis ikan paling hebat dan unik di dunia. Jenis ikan ini hermaprodit dan mampu bertahan selama lebih dari dua bulan di daratan tanpa air.

    Ikan ini punya ukuran sekitar 75 mm. Mangrove rivulus adalah satu-satunya vertebrata yang mampu membuahi diri sendiri. Riset tahun 2007 menunjukkan, ikan ini bisa hidup di darat hingga 66 hari di dalam batok kelapa, kayu-kayu mangrove hingga kaleng bir.

    Baru-baru ini, ilmuwan merekam kehidupan mangrove rivulus di daratan. Mereka ingin mengetahui bagaimana jenis ikan aneh ini bertahan hidup dan bergerak di lingkungan tanpa air.

    Dari rekaman video, terungkap bahwa ikan ini mampu melompat-lompat di daratan dengan menggunakan ekornya. Pertama, ikan ini telentang di daratan, kemudian menekukkan kepalanya dan kemudian menggerakkan ekornya untuk membantu melompat.

    Benjamin Perlman dari Wake Forest University yang memimpin studi mengatakan, mangrove rivulus punya kemampuan adapatsi darat tinggi. Diberitakan Livescience, Senin (8/7/2013), ikan ini punya kemampuan mengarahkan lompatan dan mengerahkan gaya lompat lebih tinggi.

    Kemampuan melompat itu menjadi kunci bertahan hidup mangrove rivulus. Dengan kemampuan ini, ikan bisa berpindah dari lingkungan yang minim oksigen dan punya kadar hidrogen sulfida yang tinggi. 

    Kemampuan melompat membuat ikan ini juga mampu berburu mangsa di daratan. Ikan ini bisa memangsa hewan seperti jangkrik. Hasil rekaman video dan pengamatan ikan ini dirilis oleh Society for Experimental Biology minggu lalu.
    Yunanto Wiji Utomo - KOMPAS.COM

    READ MORE - IKAN ANEH BISA BERTAHAN HIDUP DUA BULAN DI DARATAN

    SEMINAR, RAME-RAME ARTIS BICARA LINGKUNGAN HIDUP

    Jumat, Juni 28, 2013

    "Berikan kehidupan kepada alam, seperti alam memberikan kehidupan bagi kita."

    Seminar Pekan Lingkungan Indonesia 2012./ Foto: Safari TNOL
    Seminar Pekan Lingkungan Indonesia 2012./ Foto: Safari TNOL

    Saat ini masih sedikit orang yang peduli dengan lingkungan. Hal ini dibuktikan dengan masih banyaknya orang yang mengunakan tas plastik sebagai wadah untuk mengantongi berbagai produk. Padahal, coba saja hitung, jika yang menggunakan tas plastik itu satu juta orang, maka sudah satu juta kantong plastik yang digunakan dan bertebaran merusak lingkungan.
    Kantong plastik menjadi kekhawatiran para penggiat lingkungan hidup karena proses daur ulang kantong plastik membutuhkan waktu yang sangat lama. Ketika terurai pun sampah plastik tersebut menjadi partikel-partikel mikroskopik beracun yang meresap ke dalam saluran air dan akhirnya memasuki rantai makanan yang kita makan.

    Hal ini terungkap dalam seminar Pekan Lingkungan Indonesia 2012 yang digelar Kementrian Lingkungan Hidup di Ruang Murai JCC, Jakarta, Kamis (14/6). Dalam seminar singkat ini hadir sejumlah artis ibukota yang menjadi duta lingkungan hidup dan menjadi narasumber. Tampak di podium adalah Ully Sigar Rusady, Oppie Andaresta, Arumi Bachsin, Nugie dan Tasya Kamila.
    Hadir juga sebagai narasumber Erna Witoelar, Menteri Permukiman dan Pengembangan Wilayah pada Kabinet Persatuan Nasional yang saat ini dikenal sebagai aktivis lingkungan. Selain itu hadir juga sejumlah perwakilan dari berbagai komunitas yang tergabung dalam portal komunitas TNOL. Seminar berlangsung dengan interaktif. Antusias peserta mengikuti seminar juga sangat tinggi. Hal ini dibuktikan dengan kursi-kursi yang disediakan panitia terisi penuh oleh peserta.

    Tasya Kamila dalam seminar ini menuturkan, saat ini masih banyak orang belum sadar (awareness) terhadap pelestarian lingkungan hidup. Salah satu contohnya adalah masih banyaknya orang yang menggunakan tas plastik. Oleh karena itu, sebagai duta lingkungan hidup Tasya selalu memberikan perhatian terhadap kepedulian lingkungan hidup dari kalangan anak-anak hingga orang dewasa. 

    "Padahal ketika pohon sudah ditebang, ikan sulit ditangkap, maka akan sadar bahwa uang tidak akan bisa dimakan," jelasnya yang langsung disambut tepuk tangan peserta seminar.

    Sementara itu Ully Sigar Rusady mengatakan, pemahaman betapa pentingnya lingkungan hidup telah dilakukannya dengan memberikan pendidikan kepada anak-anak usia dini. Hal ini efektif karena dari anak-anak tersebut membuat banyak orang tua yang mengikuti perilaku untuk peduli terhadap lingkungan. "Berikan kehidupan kepada alam, seperti alam memberikan kehidupan bagi kita. Oleh karena itu walaupun ada duta-duta lingkungan hidup dari artis, tapi kita semua bisa menjadi duta lingkungan hidup," jelasnya.

    Sedangkan Arumi Bachsin mengatakan, dengan peduli lingkungan juga merupakan suatu perilaku yang cool. Selain itu, jika ingin menjadi orang yang maju dan berhasil maka harus mau melatih dirinya sendiri. Untuk melatih diri itu bisa dilakukan dengan kebiasaan memilah sampah organik atau non-organik, yang ada disekitar lingkungannya. "Membuat biasa itu berat pada awalnya. Namun terbiasa pada akhirnya," jelasnya.
    Sedangkan Oppie Andaresta dalam kesempatan ini mengatakan, untuk mengikuti gaya hidup hijau atau green life style adalah lakukan perilaku hidup sewajarnya. Alam sebagai lingkungan akan membantu setiap orang yang ingin mengikuti gaya hidup hijau. Berperilaku wajar itu diantaranya dengan selalu menanam pohon dan berperilaku hemat.
    Sementara itu Erna Witoelar mengatakan, selama ini jika lingkungan hidup rusak maka yang disalahkan adalah pemerintah. Hampir semua lembaga non pemerintah atau LSM yang menyoroti lingkungan selalu menyalahkan pemerintah. Padahal satu jari menunjuk ke depan, tiga jari menunjuk ke dirinya sendiri. "Sekarang ini juga banyak perusahaan yang punya CSR tentang lingkungan hidup. Dulu car free dayjuga banyak ditentang, sekarang setiap kota ada car free day. Sekarang jangan berpikir hanya sedikit karena itu banyak dilakukan dan sangat berarti," jelasnya. Jadi, ayo selamatkan lingkungan hidup mulai sekarang! By : Safari Sidakaton - www.tnol.co.id

    READ MORE - SEMINAR, RAME-RAME ARTIS BICARA LINGKUNGAN HIDUP

     
     
     

    TENTANG FORKOM

    FORKOM KOMUNIKASI MASYARAKAT PENCINTA TERUMBU KARANG merupakan wadah komunikasi diantara masyarakat dalam upaya meningkatkan kesadaran terhadap pentingnya pelestarian ekosistem terumbu karang, COREMAP dengan komponen penyadaran masyarakat telah berupaya mengkampanyekan berbagai program kepada masyarakat luas. Selengkapnya

    TRANSLATE POST

    English French German Spain Italian Dutch

    Russian Brazil Japanese Korean Arabic Chinese Simplified
    Translate Widget by Google

    Forkom Komunitas