Coremap II Gelar Pemilihan Duta Karang

Rabu, November 11, 2009

RANAI- Coral Reef Rehabilitation and Management Program (Coremap) II Kabupaten Natuna menggelar pemilihan Duta Karang tingkat SLTA, Senin (5/10). Nantinya, peserta yang terpilih akan diutus ke pemilihan Duta Karang tingkat nasional.

Ketua Panitia, Syahran Mulatua mengatakan, kegiatan ini diikuti oleh perwakilan dari sembilan sekolah setingkat SLTA. Selain pemilihan Duta Karang, Coremap II juga menggelar acara sosialisasi tentang pengelolaan dan manfaat terumbu karang bagi kalangan pelajar.

"Sasaran yang ingin dicapai dari kegiatan ini adalah terciptanya kecintaan terhadap terumbu karang dan lingkungan sekitarnya di lokasi Coremap II terutama bagi generasi muda," katanya saat ditemui di lokasi acara di aula Hotel Fiona.

Adapun kegiatan yang dilaksanakan, kata Syahran diantaranya, lomba cerdas cermat mengenai terumbu karang, festival atau kontes inovator muda melalui karya tulis ilmiah serta pemilihan Duta Terumbu Karang.

"Nanti akan pilih pelajar yang menjadi Duta Karang Kabupaten Natuna untuk diutus ke tingkat nasional seperti tahun sebelumnya yang berlangsung selama tiga hari," kata pria yang juga ketua Yayasan Lembaga Ekonomi Pengembangan Pesisir (YLEPP) ini.

Sembilan sekolah yang mengikuti kegiatan ini yaitu, SMAN 1 dan SMAN 2 Bunguran Timur, SMKN 1 Kabupaten Natuna, SMAN 1 Pulau Tiga, SMA Ansor Bunguran Selatan, SMA Abdi Umat Bunguran Timur Laut, SMK YPMN, MAN Ranai dan SMAN 1 bunguran Utara.

"Harapan kita, sejak dini kecintaan terhadap lingkungan terkhusus terumbu karang bisa terbangun dari gerasi muda," kata Syahran.

Sumber : sijorimandiri.net, edisi 06 Oktober 2009
READ MORE - Coremap II Gelar Pemilihan Duta Karang

Teliti Terumbu Karang, Siswa Kupang Juara Kontes Inovator Muda

JAKARTA, KOMPAS.com - Pemanasan Global yang terjadi belakangan ini semakin mengkhawatirkan. Namun apakah pemanasan global juga mempengaruhi ekosistem yang ada di bawah air?

Berangkat pertanyaan itulah tiga tiga siswa dari SMA Negeri I Kupang Margaretha L. Bunga Naen, Maria P Bunga Naen dan Gabriel J.P Ghewa melakukan penelitian terhadap Pengaruh Efek Rumah Kaca Terhadap Aktivitas Fotosintesis Makroalga pada Sistem Eksosistem Terumbu Karang.

"Penelitian ini ingin mencari jawaban apa efek rumah kaca juga berpengaruh pada ekosistem terumbu karang," ucap Maria L Bunga Naen, mewakili teman-temannya, di Jakarta, Sabtu (7/11).

Dalam penelitiannya, Margaretha dan teman-temannya menggunakan metode eksperimen. Penelitian tersebut dilakukan di Pantai Teluk, Kupang, mulai 15-20 Juli 2009 lalu.

Alat yang mereka gunakan sangat sederhana, yaitu gelas ukur, baskom, termometer, neraca Ohaus dan kotak plastik. Setelah alat-alat lengkap, mereka menyiapkan Makroalga. Makroalga dimasukkan dalan gelas ukur yang telah diisi air laut, lalu letakan di tempat yang terkena sinar matahari.

"Lalu dilakukan pencatatan suhu pada pukul 07.00, 13.00 dan 18.00. Setelah melakukan analisa data dengan menggunaka hukum perbandingan volume," kata dia.

Dari eksperimen tersebut didapat bahwa kenaikan suhu udara mengganggu kehidupan terumbu karang. Kenaikan suhu udara juaga cenderung menyebabkan peningkatan pemanasan global.

"Semakin tinggi suhu udara harian maka aktivitas fotosintesis makrolaga pada ekosistem terumbu karang semakin berkurang. Volume gas CO2 yang diserap dan volume O2 yang dihasilkan kecil," ujar Margaretha,

Hal tersebut, lanjutnya, harus diminimalisir dengan mencintai lingkungan.
Caranya adalah dengan bakti lingkungan dan menanam pohon. Mengurangi penggunaan kendaraan bermotor, mengurangi penggunaan plastik dan mengurangi penggunaan sampah plastik.

Raih Penghargaan
Penelitian yang dilakukan tiga Siswa asal Kupang itu tidak sia-sia. Mereka mendapat penghargaan sebagai juara pertama Kontes Inovator Muda IV yang diselenggarakan Lembaga Penelitaian Indonesia (LIPI).

Ketiganya mengalahkan 167 peserta lain dari seluruh Indonesia dan berhak atas hadiah uang tunai sebesar Rp12.000.000. Adapun, pemenang kedua pada Kontes Inovator Muda adalah siswa SMA Negeri Depansar yang meraih nilai 336 poin disusul pemenang ketiga siswa SMA 11 Makasar dengan raihan 317,5 poin.

Sumber : Kompas, 7 November 2009

READ MORE - Teliti Terumbu Karang, Siswa Kupang Juara Kontes Inovator Muda

Kontes Inovator Muda IV

Jumat, November 06, 2009

Memasuki tahun 2009, Bidang Pendidikan kembali mengadakan KIM IV, karena melihat antusias peserta yang meningkat dari tahun ke tahunnya serta manfaat yang sangat banyak yang dapat diperoleh dari kegiatan ini. Ajang kreatifitas ini tetap melibatkan siswa-siswi SMA/Sederajat di seluruh Indonesia.

Kegiatan ini bermaksud untuk mengajak generasi muda lebih peduli terhadap konservasi terumbu karang yang amat berperan penting dalam keberlangsungan hidup bumi. Ajang ini diharapkan mampu menciptakan suatu ide, formula, produk ataupun aksi sebagai solusi dalam penanggulangan kerusakan ekosistem terumbu karang khususnya dikaitkan dengan isu pemanasan global.

PERINGKAT 3 BESAR HASIL KEPUTUSAN JURI SELEKSI
KONTES INOVATOR MUDA 4
BIDANG PENDIDIKAN CRITC COREMAP II – LIPI
Jakarta, Oktober 2009

Tingkat Pengetahuan Masyarakat Pulau Lae-Lae tentang Peranan Terumbu Karang dalam Mengurangi Pemanasan Lokal di Kota Makassar
SMAN 11 Makassar Sulawesi Selatan

Gaby Oktavia Sari (NIS: 081095)
Hasriani Ayu Lestari (NIS: 081098)
Ridhayani Rusdin (NIS: 081070)
“Pengaruh Efek Rumah Kaca Terhadap Aktivitas Fotosintesis Makroalga Pada Ekosistem Terumbu Karang”
SMAN 1 Kupang NTT

Margaretha Liestyrayahu Bunga Naen (NIS: 21935P)
Maria Padmasanti Bunga Naen(NIS: 21537P)
Gabriel J.P Ghewa (NIS: 21877L)
“Analisis Dampak Perubahan Suhu Laut dan Limbah Pelabuhan Terhadap Kelestarian Ekosistem Terumbu Karang Didesa Tanjung Benoa”
SMAN 4 Denpasar Bali

Ni Wayan Surya Dharmayanti (NIS: 6089)
A.A Istri Intan Yuniari (NIS: 6113)
A.A Pillar Dy Kusuma (NIS: 5964)
READ MORE - Kontes Inovator Muda IV

Kontes Inovator Muda III

Bidang Pendidikan COREMAP tahap II melanjutkan penyelenggaraan KIM III di tahun 2008 dengan tema “Generasi Muda Bersama Melestarikan Laut”.

Pelaksanaan final pada tanggal 25 Oktober 2008 di Jakarta.

Pemenang pertama KIM III merupakan peserta dari SMA Negeri 4 Denpasar.
READ MORE - Kontes Inovator Muda III

Kontes Inovator Muda II

COREMAP tahap II melalui Bidang Komunikasi (tahap I) yang sekarang diganti dengan Bidang Pendidikan, melanjutkan penyelenggaraan KIM II di tahun 2007 dengan tema “Pelestarian Terumbu Karang Indonesia”.

Pelaksanaan final pada tanggal 26 Agustus 2007 di Jakarta. Pemenang pertama KIM II merupakan peserta dari SMA Negeri 1 Kupang.


READ MORE - Kontes Inovator Muda II

KIM I

Bidang Komunikasi COREMAP pada tahap I telah mengadakan KIM I dengan tema “Pelestarian Terumbu Karang Indonesia” pada tahun 2003 dengan mengikutsertakan siswa SMA/Sederajat tingkat nasional.

Pelaksanaan final pada tanggal 31 Agustus 2003 di Jakarta. Pemenang pertama KIM I adalah peserta dari SMA Negeri 2 Bangka Belitung.
READ MORE - KIM I

46,5 Miliar, Anggaran Pemerintah Indonesia Untuk Penyelamatan Terumbu Karang

Jakarta. Pemerintah Indonesia telah menyiapkan anggaran dana sebesar 5 juta dollar AS atau sekitar Rp 46,5 miliar untuk penyelamatan terumbu karang Indonesia. Hal tersebut disampaikan oleh Menteri Kelautan dan Perikanan Freddy Numbery usai acara “Coral Reef Management Symposium on Coral Triangle Area Indonesian Ocean Policy Workshop” Di Menara Bidakara Jakarta.

Freddy menyatakan hal tersebut merupakan bukti keseriusan dari pemerintah Indonesia sejak beberapa tahun yang lalu, karena melihat begitu parahnya kerusakan yang terjadi pada terumbu karang di Indonesia.

“Saya mewakili pemerintah, melalui DKP (Departemen Kelautan dan Perikanan), siapapun pemerintahan yang akan datang nantinya, penyelamatan terumbu karang adalah suatu komitmen yang sudah ditetapkan oleh pemerintah Indonesia yang harus segera diajalankan sedini mungkin,” tegas Freddy.

Adapun penganggaran yang demikian besar tersebut bisa digunakan untuk menjalankan beberapa program berskala nasional, baik itu program yang sedang berjalan maupun program yang akan dijalankan. Sebut saja di antaranya program pendidikan dan pelatihan penyelamatan dan pelestarian terhadap terumbu karang bagi seluruh siswa SD hingga SMU di Indonesia.

Program edukasi juga berupa pemberian buku yang berisi cara penyelamatan terumbu karang. Pemerintah juga mengembangkan program pembersihan kawasan pesisir pantai dengan melibatkan masyarakat sekitar pantai.

“Sosialisasi seperti inilah yang terus kami jalankan bersama tim secara nasional, tentunya dengan didukung oleh kerja sama dari pihak terkait. Diharapkan dengan berjalannya sosialisasi ini dengan baik, maka bisa menekan angka kerusakan terumbu karang yang ada,” tandas Freddy.

Sumber: http://www.goblue.or.id
READ MORE - 46,5 Miliar, Anggaran Pemerintah Indonesia Untuk Penyelamatan Terumbu Karang

Finalis Kontes Inovator Muda 4 Tahun 2009

Rabu, November 04, 2009

PERINGKAT 3 BESAR HASIL KEPUTUSAN JURI
KONTES INOVATOR MUDA 4
BIDANG PENDIDIKAN CRITC COREMAP II - LIPI
Jakarta, Oktober 2009


Tingkat Pengetahuan Masyarakat Pulau Lae-Lae tentang Peranan Terumbu Karang dalam Mengurangi Pemanasan Lokal di Kota Makassar

SMAN 11 Makassar Sulawesi Selatan

Gaby Oktavia Sari (NIS: 081095)
Hasriani Ayu Lestari (NIS: 081098)
Ridhayani Rusdin (NIS: 081070)

“Pengaruh Efek Rumah Kaca Terhadap Aktivitas Fotosintesis Makroalga Pada Ekosistem Terumbu Karang”

SMAN 1 Kupang NTT

Margaretha Liestyrayahu Bunga Naen (NIS: 21935P)
Maria Padmasanti Bunga Naen(NIS: 21537P)
Gabriel J.P Ghewa (NIS: 21877L)

“Analisis Dampak Perubahan Suhu Laut dan Limbah Pelabuhan Terhadap Kelestarian Ekosistem Terumbu Karang Didesa Tanjung Benoa”

SMAN 4 Denpasar Bali

Ni Wayan Surya Dharmayanti (NIS: 6089)
A.A Istri Intan Yuniari (NIS: 6113)
A.A Pillar Dy Kusuma (NIS: 5964)

READ MORE - Finalis Kontes Inovator Muda 4 Tahun 2009

Teluk Gilimanuk, Bali: Flora, Fauna Dan Lingkungan

Selasa, Oktober 27, 2009

Teluk Gilimanuk terletak di pantai barat Pulau Bali, yang langsung berbatasan dengan Selat Bali di sebelah baratnya. Teluk ini merupakan bagian dari Taman Nasional Bali Barat. Teluk ini merupakan perairan dangkal yang setengah tertutup yang sangat baik bagi pertumbumbhan tiga ekosistem pantai yang penting yakni ekosistem mangrove, lamun, dan terumbu karang. Di dalam teluk ini terdapat tiga pulau kecil yakni Pulau Kalong, Pulau Burung dan Pulau Gadung. Meskipun statusnya sebagai Taman Nasional namun telah ada indikasi lingkungan ini makin mendapatkan tekanan akibat kegiatan penduduk sekitarnya.

Latar belakang inilah yang mendorong Pusat Penelitian Oseanografi – LIPI (Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia) melaksanakan penelitian di teluk ini yang berlangsung dari tahun 2005 hingga 2007. Penelitian ini mencakup ketiga ekosistem: mangrove, lamun dan terumbu karang termasuk biota-biota yang hidup berasosiasi dengannya. Penelitian ini lebih ditekankan pada kondisi flora dan fauna di teluk itu dengan kajian yang lebih terbatas tentang sifat-sifat kimia air setempat.

Hasil penelitian telah dipublikasikan dalam bentuk buku, yang disiapkan oleh 13 orang pakar dengan penyuntingan oleh Husni Azkab, Pramudji, Muswerry Muchtar, dan Agus Budiyanto. Hasil penelitian ini mengungkapkan bahwa di Teluk Gilimanuk terdapat sedikitnya 31 jenis tumbuhan mangrove, enam jenis lamun, 161 jenis karang batu, 66 jenis ikan karang, 40 jenis ekinodermata, 19 jenis krustasea, dan 48 jenis moluska. Untuk memudahkan identifikasi jenis, deskripsi diberikan dengan disertai foto-foto berwarna.

Buku ini dapat digunakan sebagai buku panduan lapangan untuk identifikasi jenis-jenis flora dan fauna akuatik yang umum terdapat di Teluk Gilimanuk, yang dapat berguna bagi peneliti, mahasiswa, praktisi lingkungan, dan juga para pengamat yang berminat.

Judul Buku :
Teluk Gilimanuk, Bali: Flora, Fauna dan Lingkungan

Penyunting :
Husni Azkab, Pramudji, Muswerry Muchtar, Agus Budiyanto

Tahun Terbit 2008

Halaman iv + 199 halaman

Penerbit LIPI Press

ISBN 978-979-799-322-1
READ MORE - Teluk Gilimanuk, Bali: Flora, Fauna Dan Lingkungan

Penyelamatan Harta Karun Kendal

Di manakah ikan berumah? Orang akan dengan mudah menjawab di laut, atau lebih umum lagi di air. Tapi di bagian manakah di laut? Banyak yang tidak menyadari atau tidak mengetahui, termasuk kaum nelayan sendiri, Tuhan menciptakan terumbu karang di laut dengan salah satu manfaatnya menjadi semacam tempat tinggal bagi ikan.

Di terumbu karang itulah, yang sebetulnya juga merupakan makhluk hidup yang terbentuk dari binatang-binatang karang atau planula yang telah mengalami proses pengerasan atau pengapuran selama bertahun-tahun, ikan-ikan bertelur dan berbiak. Tidak aneh, dari 1 km2 terumbu karang yang sehat, dapat diperoleh 20 ton ikan yang cukup untuk memberi makan 1.200 orang di wilayah pesisir setiap tahun (Burke et al., 2002).

Beruntunglah nelayan Kendal yang masih memiliki ”harta karun” kawasan terumbu karang seluas 13,7 hektar yang berada di Karang Kelop, Rome-rome, Tandes dan Karang Jahe. Untuk menyelamatkan harta karun itu, pada 11 Oktober 2009 penulis bersama tim dari Dinas Peternakan, Kelautan dan Perikanan Kabupaten Kendal melakukan ”Reef Check Day”.

Lewat Reef Check Day ini, dilakukan penyelaman dan pemantauan terumbu karang yang meliputi 3 (tiga) hal utama, yaitu kondisi substrat, kondisi ikan indikator, kondisi invertebrata indikator, serta dampak aktifitas manusia terhadap terumbu karang.

Dari hasil reef check ini, pihak-pihak terkait seyogianya duduk bersama mendiskusikan tentang masa depan terumbu karang yang merupakan aset dan gantungan hidup bersama. Dalam diskusi, dibedah tentang fakta kerusakan dengan faktor-faktor penyebabnya, kemudian masing-masing sepakat siapa melakukan apa.

Penyebab Kerusakan Secara umum kehidupan terumbu karang Indonesia, memang telah cedera berat, lebih dari 71 persen dari 65.000 km persegi habitat terumbu karang Indonesia dalam kondisi rusak berat.

Padahal dari 1 km persegi habitat terumbu karang yang baik dapat menghasilkan ikan 15-30 ton per tahun. Berdasarkan perhitungan Bank Dunia, Indonesia kehilangan potensi laut Rp 6,5 triliun per tahun gara-gara kehancuran habitat penghuni dasar laut ini.

Inilah kenapa, kerusakan terumbu karang alami yang disebabkan oleh aktivitas manusia dan proses alam sendiri telah menjadi perhatian serius.

Sebagaimana kita ketahui bersama, bahwa kerusakan terumbu karang alami dapat terjadi oleh beberapa sebab di antaranya, aktivitas rekreasi pantai, pengendapan lumpur, penyaluran kotoran ke laut, masuknya nutrien yang melebihi ambang batas serta oleh kelebihan tangkapan ikan suatu perairan (overfishing).

Jika spesies dan kepadatan ikan pemakan algae mengalami penurunan, maka akan berakibat pada pertumbuhan algae yang lebih cepat dan akan menutupi terumbu karang. Merangkul Nelayan Terumbu karang sangat besar perannya sebagai tempat bagi banyak spesies ikan untuk bertumbuh kembang. Menyelamatkan terumbu karang, berarti menjaga ketersediaan ikan bagi kelangsungan kehidupan.

Aktivitas penangkapan ikan yang tidak ramah lingkungan yang banyak dilakukan nelayan, termasuk nelayan Kendal, diakui mengakibatkan terumbu karang rusak, bahkan mati. Padahal, kerusakan dan matinya terumbu karang merupakan lonceng kematian bagi spesies ikan di dalamnya.

Lihat saja pengakuan Tanoyo (55), nelayan Kendal yang kini ”dirangkul” Dinas Peternakan, Kelautan dan Perikanan, adalah satu dari sekian nelayan Kendal yang sekitar 10 tahun lalu menggunakan jaring cantrang untuk mencari ikan.

Dengan jaring cantrang, kakek satu cucu ini mengakui, hasil laut yang diperoleh jauh lebih besar daripada hanya mengandalkan alat tangkap tradisional, seperti pancing rawai.

Nelayan seperti Tanoyo memang tidak paham jika menangkap ikan menggunakan alat tangkap tidak ramah lingkungan dapat membahayakan terumbu karang, yang berakibat mengurangi ketersediaan ikan. Bagi mereka, selama hasil tangkapan ikan melimpah, segala cara akan ditempuh.

Kesadaran pentingnya kelestarian terumbu karang yang menjadi ”rumah” bagi ratusan jenis ikan baru timbul sejak Tanoyo dirangkul sebagai ketua kelompok masyarakat pengawas (Pokmaswas).

Perlahan tetapi pasti, Tanoyo paham bahwa mengelola terumbu karang dengan baik dan berkesinambungan menjadi hal penting demi keberlanjutan kehidupan masyarakat Kendal yang mengandalkan hidup dari laut.

Sebagai motivator, kini Tanoyo aktif memotivasi nelayan Kendal untuk menghentikan penggunaan alat tangkap tidak ramah lingkungan.

Kesadaran akan pentingnya kelestarian terumbu karang ditularkan Tanoyo kepada nelayan lainnya. Ya, kerja keras untuk membangun kesadaran nelayan agar terlibat dalam penyelamatan terumbu karang memang masih panjang. (35)

Joko Suprayoga, PNS di Dinas Peternakan, Kelautan, dan Perikanan Kabupaten Kendal

Sumber : Suara Merdeka, edisi 16 Oktober 2009
READ MORE - Penyelamatan Harta Karun Kendal

Indonesia Berbagi Dana Penyelamatan Terumbu Karang

Kapanlagi.com - Indonesia akan berbagi hibah internasional sebesar US$260 juta dengan lima negara lainnya, yaitu Malaysia, Filipina, Papua Nugini, Timor Leste, dan Kepulauan Solomon untuk menerapkan program penyelamatan terumbu karang.

Menurut Menteri Kelautan dan Perikanan, Fredy Numberi, di Jakarta, Kamis (26/2), dari total bantuan sekitar US$260 juta yang dijanjikan, hingga kini sudah US$40 juta yang direalisasikan.

"Sekarang sudah masuk 40 juta (dolar AS). Itu untuk enam negara. Nanti ada hitung-hitungannya, tergantung berapa luas lahan. Kita kontribusi area 10 juta hektar. Negara lain juga kontribusi, kan. Nah, negara lain juga ada (mendapat bagian hibah, red)," kata Menteri Kelautan dan Perikanan Freddy usai membuka konsultasi informal World Ocean Conference yang diikuti oleh delegasi dari 42 negara.

Upaya penyelamatan terumbu karang seluas 75.000 kilometer persegi dengan dana hibah internasional sebesar 260 juta dolar itu akan dibahas dalam pertemuan puncak 'Coral Triangle Initiative' (CTI).

Konferensi tingkat tinggi CTI tersebut merupakan pertemuan para kepala negara/pemerintahan CTI, yaitu Indonesia, Malaysia, Filipina, Papua Nugini, Timor Leste dan Kepulauan Solomon.

Para pemimpin negara serta dua mitra CTI, yaitu Australia dan AS, akan melakukan pertemuan tingkat tinggi CTI pada 15 Mei 2009, yang merupakan bagian dari rangkaian kegiatan konferensi kelautan se-dunia (World Ocean Conference) yang akan berlangsung di Manado pada 11-15 Mei mendatang.

Dalam kesempatan KTT CTI, para pemimpin enam negara CTI akan mencanangkan pelaksanaan program penyelamatan terumbu karang di negara-negara mereka.

Konferensi kelautan se-dunia atau WOC (World Ocean Conference) 2009 sendiri menurut pihak Departemen Kelautan dan Perikanan akan dihadiri oleh sekitar 500 peserta dari 121 negara.

Di sela-sela WOC, akan digelar beberapa kegiatan sampingan, antara lain simposium internasional mengenai ilmu, teknologi dan kebijakan kelautan yang akan mengadakan 33 sesi di Manado Convention Center dengan diikuti sekitar 1.500 peserta peserta dari seluruh dunia.

Selain itu, juga akan diadakan pameran internasional ilmu, teknologi, dan industri kelautan yang akan diisi sekitar 250 anjungan pameran kelautan dan perikanan serta pekan budaya dan pameran pembangunan yang digelar oleh pemerintah propinsi Sulawesi Utara.

WOC merupakan pertemuan resmi para menteri, pejabat tinggi dan organisasi multilateral dengan tujuan merumuskan kesepakatan dan konvensi menyangkut kebijakan nasional bersama dalam hal pengelolaan laut.

Pada Kamis, Menteri Kelautan dan Perikanan Freddy Numberi membuka konsultasi informal WOC dengan agenda memantapkan rancangan Deklarasi Kelautan Manado (Manado Ocean Declaration).

Pada kesempatan itu juga hadir antara lain Gubernur Sulawesi Utara Sinyo Harry Sarundajang yang akan menjadi tuan rumah pelaksanaan World Ocean Conference 2009.

Pertemuan informal yang akan berlangsung selama dua hari di Jakarta itu ditargetkan dapat menyelesaikan materi untuk Manado Ocean Declaration yang finalisasinya akan ditentukan kemudian dalam suatu pertemuan tingkat menteri.

Manado Ocean Declaration dianggap perlu ditelurkan dalam upaya menggalang tindakan bersama untuk menanggulangi masalah dampak perubahan iklim terhadap laut yang telah mengancam pembangunan global. (kpl/bun)

Sumber : Kapanlagi.com, edisi 26 Februari 2009

READ MORE - Indonesia Berbagi Dana Penyelamatan Terumbu Karang

PEMANASAN GLOBAL ANCAM 900 SPESIES TERUMBU KARANG

Pemanasan global akan mengancam keberlangsungan hidup sedikitnya 900 spesies terumbu karang di segitiga terumbu karang terbesar di dunia. ''Ini bukan masalah lautnya yang parah. Kalau kena global warming suhu air laut akan naik dan terumbu karang bisa mati,'' ujar Ketua Panitia Nasional World Ocean Conference 2009, Indroyono Soesilo, di Jakarta, pekan lalu.

Indroyono mengatakan, keberlangsungan segitiga terumbu karang terbesar dunia atau coral triangle merupakan hal penting. Ini karena lokasi tersebut dapat dikatakan sebagai 'Hutan Amazon' dasar laut terbesar di dunia.

Badan-badan dunia dan LSM dunia pun menyadari bahwa inisiasi Indonesia untuk menyelenggarakan WOC 2009 pada 11 hingga 15 Mei mendatang di Manado merupakan event penting. Bahkan, United Nations Environmental Program (UNEP) akan mengawal pelaksanaan konfrensi kelautan pertama di dunia tersebut sehingga menghasilkan draft kebijakan terkait kelautan.

''UNEP bahkan akan membuat 'Ocean Day pada Pertemuan Tingkat Tinggi terkait Pemanasan Global, Teknologi, dan Penghijauan di Copenhagen bulan September 2009,'' ujar Indroyono. Matinya terumbu karang di kawasan segitiga terumbu karang terbesar di dunia, akan mengancam sumber daya ikan dunia. Negara-negara yang termasuk dalam kawasan ini adalah Indonesia, Malaysia, Filipina, Papua Nugini, Timor Leste, dan Kepulauan Solomon.

Karena itu, WOC 2009 yang mengambil tema Ocean and Climate Change dengan topik 'Ocean Impact to Climate Change and The Role of Ocean to Climate Change' diharapkan mampu menghasilkan rancangan strategi yang akan tertuang dalam Manado Ocean Declaration(MOD). Hasil dari WOC 2009 akan ditindaklanjuti dengan Rencana Aksi dan Implementasi, yang akan diusulkan pembentukan World Ocean Forum.

Untuk pelestarian terumbu karang di kawasan segitiga terumbu karang, telah terkumbul dana hibah senilai 250 juta dolar AS. Dari hibah tersebut berasal dari negara maju termasuk Amerika dan Australia serta Global Environment Fund (GEF). Dari total dana hibah tersebut, Indonesia berharap bisa mendapatkan proporsi terbesar yakni lebih dari 50 persen. Hibah tersebut nantinya sebagai modal bagi rencana aksi nasional penyelamatan terumbu karang di kawasan Nusantara. ''Kami berharap bisa mendapat proporsi cukup besar,'' ujar Menteri Kelautan dan Perikanan, Freddy Numberi.

Indonesia memiliki luas total kawasan terumbu karang sebesar 85.707 kilometer persegi. Jumlah tersebut terdiri dari jenis penghalang 50.223 kilometer persegi, jenis atol 19.540 kilometer persegi, jenis tepi seluas 14.542 kilometer persegi, dan jenis landas oseanik 1.402 kilometer persegi.

Hasil penelitian Pusat Penelitian Oeseanografi LIPI pada 841 lokasi kawasan terumbu karang di Indonesia, dari jumlah tersebut, sekitar 33,17 persen mengalami kerusakan parah. Dari penelitian tersebut, diketahui pula bahwa 37,34 persen dari total terumbu karang itu juga mengalami kerusakan dengan kondisi buruk. Sedangkan kawasan terumbu karang yang masih dalam kondisi baik tercacat 24,26 persen dan kondisi sangat baik tinggal 5,32 persen saja. fia/ant.

Sumber: www.alpensteel.com

READ MORE - PEMANASAN GLOBAL ANCAM 900 SPESIES TERUMBU KARANG

Forum Komunikasi Masyarakat Pencinta Terumbu Karang

Selasa, September 15, 2009

Dalam upaya meningkatkan kesadaran terhadap pentingnya pelestarian ekosistem terumbu karang, COREMAP dengan komponen penyadaran masyarakat telah berupaya mengkampanyekan berbagai program kepada masyarakat luas.

Sarasehan untuk meningkatkan kesadaran terhadap isu terumbu karang telah dilaksanakan bagi komunitas tersendiri :

a. Sarasehan Klub Penyelam

Sarasehan organisasi penyelam Indonesia dilaksanakan pada tanggal 13 Agustus 2002 di Kantor COREMAP - LIPI, Jakarta, dengan tujuan untuk merintis jaringan bagi para penyelam agar ikut serta dalam Konservasi Terumbu Karang, dan meningkatkan pengetahuan tentang ekologi terumbu karang. Selain itu juga untuk menghimpun kerjasama agar mereka berpartisipasi dalam kegiatan "Clean Up The World" pada bulan September 2002.

Kelompok penyelam yang hadir adalah Bubbles Diving Club, Corona Diving Club, TVRI Diving Club, Kuda Laut Diving Club, Loligo Diving Club, Omega Diving Club dari Universitas As-Ayafiyah dan Possi Diving Club. Presentasi dan Diskusi dipimpin oleh para ahli dari KPP - COREMAP, yaitu Dr. Anugerah Nontji, Dr. Suharsono, Dr. M. Kasim Moosa, Ir. Rahmat, Del Afriadi Bustami,ÿIr. Yosepine Tuti, dan Irina Rafliana.

b. Sarasehan Murid dan Guru

Untuk mendukung kegiatan puncak "Clean Up The World", sarasehan ini melibatkan para guru dan siswa Sekolah Dasar, Sekolah Menengah Pertama dan Sekolah Menengah Umum di hampir seluruh Jakarta, untuk meningkatkan pemahaman ekosistem terumbu karang, membantu membangun jaringan para guru mengenai pendidikan terumbu karang, menganjurkan para siswa untuk membentuk klub pencinta terumbu karang, dan menghimpun kerjasama untuk kegiatan "Clean Up The World" tanggal 21 September 2002.

Sarasehan terbagi atas 2 sesi pertemuan, yang pertama untuk para siswa Sekolah Dasar dan untuk para siswa Sekolah Menengah Pertama dan Sekolah Menengah Umum.

Sesi I dihadiri oleh ñ 200 siswa dan guru dari 10 Sekolah Dasar dari 5 wilayah di Jakarta. Para siswa berpartisipasi dalam permainan dan simulasi untuk belajar mengenai Terumbu Krang dan Ekologi Terumbu Karang, diikuti oleh presentasi mengenai terumbu karang dari Tim Komunikasi COREMAP : Del Afriadi Bustami, Irina Rafliana, dan Dr. Deni Hidayati. Para peserta dianjurkan untuk menjadi pembicara isu terumbu karang kepada masyarakat di sekitar mereka.

Sesi II dihadiri oleh 50 siswa dan guru dari Sekolah Menengah Pertama dan Sekolah Menengah Umum. Para peserta menyaksikan film COREMAP yang berjudul "Nasib Terumbu Karang di Tangan Anda!", dan dilanjutkan dengan sesi tanya jawab dengan anggota Tim Komunikasi COREMAP yaitu : Dr. Anugerah Nontji, Dr. Deny Hidayati, Del Afriadi Bustami, Irina Rafliana. Para peserta dianjurkan untuk menginformasikan kehadiran mereka pada acara "Clean Up The World" tanggal 21 September 2002 kepada teman-teman mereka dan mensosialisasikan manfaat kegiatan tersebut di sekolah-sekolah sekitar mereka.

c. Sarasehan Pengelolaan Sampah Darat Dalam Upaya Memelihara Laut

Sarasehan pengelolaan sampah dalam upaya memelihara laut, merupakan rangkaian kegiatan penunjang untuk acara "Claen Up The World". Sarasehan ini mengundang pembicara dari Dinas Kebersihan DKI Jakarta, Ir. Rama Boedi dan peneliti dari Pusat Penelitian Osenografi - LIPI, Dr. Suharsono. Tujuan sarasehan untuk menggali akar permasalahan sistem pengelolaan sampah yang dilakukan di darat, juga untuk membahas dampak yang ditimbulkan sampah terhadap perairan terutama ekosistem terumbu karang, sekaligus memdukung upaya pemerintah dalam pengelolaan lingkungan melalui kampanye yang berbasis pendidikan.

Keterkaitan sarasehan ini dengan kegiatan COREMAP yakni masalah tempat pembuangan akhir sampah yang akhirnya akan bermuara ke laut. Apabila hal ini terus berlangsung tanpa solusi, maka akan menjadi pencemaran laut. Pencemaran tersebut kan menurunkan kualitas air laut dan mengakibatkan rusaknya beberapa ekosistem di laut, salah satunya ekosistem terumbu karang yang merupakan daerah asuhan berbagai ikan dan biota lain namun menjadi rusak akibat kondisi perairan yang tidak mendukung.Untuk itu COREMAP menjadikan isu pengelolaan sampah di daratan sebagai upaya bersama dalam menjaga dan merehabilitasi terumbu karang di Indonesia.

Source : 'Team Publik Komunikasi-COREMAP
READ MORE - Forum Komunikasi Masyarakat Pencinta Terumbu Karang

Mengapa Terumbu Karang Harus Di Selamatkan?

Selasa, September 01, 2009

Sebagian besar wilayah Indonesia adalah lautan, sehingga secara alamiah bangsa Indonesia merupakan bangsa bahari. Hal ini ditambah lagi dengan letak wilayah Indonesia yang strategis diwilayah tropis. Hamparan laut yang luas merupakan suatu potensi bagi bangsa Indonesia untuk mengembangkan sumberdaya laut yang memiliki keragaman, baik sumberdaya hayati maupun sumberdaya lainnya.

Sebagai suatu bangsa bahari yang memiliki wilayah laut yang luas dan dengan ribuan pulau besar dan kecil yang tersebar didalamnya, maka derajat keberhasilan bangsa Indonesia juga ditentukan dalam memanfaatkan dan mengelola wilayah laut yang luas tersebut.

Keunikan dan keindahan serta keanekaragaman kehidupan bawah laut dari kepulauan Indonesia yang membentang luas di cakrawala khatulistiwa masih banyak menyimpan misteri dan tantangan terhadap potensinya.

Salah satu dari potensi tersebut atau sumberdaya hayati yang tak ternilai harganya dari segi ekonomi atau ekologinya adalah sumberdaya terumbu karang, apabila sumberdaya terumbu karang ini dikaitakn dengan pengembangan wisata bahari mempunyai andil yang sangat besar. Karena keberadaan terumbu karang tersebut sangat penting dalam pengembangan berbagai sektor termasuk sektor pariwisata.

Khusus mengenai terumbu karang, Indonesia dikenal sebagai pusat distribusi terumbu karang untuk seluruh Indo-Pasifik. Indonesia memiliki areal terumbu karang seluas 60.000 km2 lebih. Sejauh ini telah tercatat kurang lebih 354 jenis karang yang termasuk kedalam 75 marga.

Mengenali Ekosistem Terumbu Karang

Terumbu karang merupakan ekosistem yang amat peka dan sensitif sekali. Jangankan dirusak, diambil sebuah saja, maka rusaklah keutuhannya. Ini dikarenakan kehidupan di terumbu karang di dasari oleh hubungan saling tergantung antara ribuan makhluk. Rantai makanan adalah salah satu dari bentuk hubungan tersebut. Tidak cuma itu proses terciptanya pun tidak mudah. Terumbu karang membutuhkan waktu berjuta tahun hingga dapat tercipta secara utuh dan indah. Dan yang ada di perairan Indonesia saat ini paling tidak mulai terbentuk sejak 450 juta tahun silam.

Sebagai ekosistem terumbu karang sangat kompleks dan produkstif dan keanekaraman jenis biota yang amat tinggi. Variasi bentuk pertumbuhannya di Indonesia sangat kompleks dan luas sehingga bisa ditumbuhi oleh jenis biota lain.

Ekosistem ini adalah ekosistim daerah tropis yang memiliki keunikan dan keindahan yang khas, yang pemanfaatannya harus secara lestari. Ekosistem terumbu karang ini umumnya terdapat pada perairan yang relatif dangkal dan jernih serta suhunya hangat ( lebih dari 22 derjat celcius) dan memiliki kadar karbonat yang tinggi. Binatang karang hidup dengan baik pada perairan tropis dan sub tropis serta jernih karena cahaya matahari harus dapat menembus hingga dasar perairan. Sinar matahari diperlukan untuk proses fotosintesis, sedangkan kadar kapur yang tinggi diperlukan untuk membentuk kerangka hewan penyusun karang dan biota lainnya.

Indonesia yang terletak di sepanjang garis khatulistiwa, mempunyai terumbu karang terluas di dunia yang tersebar mulai dari Sabang- Aceh sampai ke Irian Jaya. Dengan jumlah penduduk lebih dari 212 juta jiwa, 60 % penduduk Indonesia tinggal di daerah pesisir, maka terumbu karang merupakan tumpuan sumber penghidupan utama.

Disamping sebagai sumber perikanan, terumbu karang memberikan penghasilan antara lain bagi dunia industri ikan hias, terumbu karang juga merupakan sumber devisa bagi negara, termasuk usaha pariwisata yang dikelola oleh masyarakat setempat dan para pengusaha pariwisata bahari.

Kehidupan di Terumbu Karang

Hutan bakau, padang lamun dan terumbu karang merupakan tiga eksosistim penting di daerah pesisir. Hutan bakau dan padang lamun dan terumbu karang berperan penting dalam melindungi pantai dari ancaman abrasi dan erosi serta tempat pemijahan bagi hewan-hewan penghuni laut lainnya. Terumbu karang merupakan rumah bagi banyak mahkluk hidup laut. Diperkirakan lebih dari 3.000 spesies dapt dijumpai pada terumbu karang yang hidup di Asia Tenggara. Terumbu karang lebih banyak mengandung hewan vertebrata. Beberapa jenis ikan seperti ikan kepe-kepe dan betol menghabiskan seluruh waktunya di terumbu karang, sedangkan ikan lain seperti ikan hiu atau ikan kuwe lebih banyak menggunakan waktunya di terumbu karang untuk mencari makan. Udang lobster, ikan scorpion dan beberapa jenis ikan karang lainnya diterumbu karang bagi mereka adalah sebagai tempat bersarang dan memijah. Terumbu karang yang beraneka ragam bentuknya tersebut memberikan tempat persembunyian yang baik bagi iakn. Di situ hidup banyak jenis ikan yang warnanya indah. Indonesia memiliki lebih dari 253 jenis ikan hias laut. Bagi masyarakat pesisir terumbu karang memberiakn manfaat yang besar , selain mencegah bahay abrasi mereka juga memerlukan ikan, kima kepiting dan udang barong yang hidup di dalam terumbu karang sebagai sumber makan dan mata pencaharian mereka.

Fungsi dan Manfaat Terumbu Karang

Setelah mengenali, maka cintai dan peliharalah terumbu karang, karena terumbu karang mempunyai fungsi dan manfaat serta arti yang amat penting bagi kehidupan manusia baik segi ekonomi maupun sebagai penunjang kegiatan pariwisata dan manfaat serta terumbu karang adalah:
  1. Proses kehidupan yang memerlukan waktu yang sangat lama untuk tumbuh dan berkembang biak untuk membentuk seperti kondisi saat ini.
  2. Tempat tinggal, berkembang biak dan mencari makan ribuan jenis ikan, hewan dan tumbuhan yang menjadi tumpuan kita.
  3. Indonesia memiliki terumbu karang terluas didunia, dengan luas sekitar 600.000 Km persegi.
  4. Sumberdaya laut yang mempunyai nilai potensi ekonomi yang sangat tinggi.
  5. Sebagai laboratorium alam untuk penunjang pendidikan dan penelitian.
  6. Terumbu karang merupakan habitat bagi sejumlah spesies yang terancam punah serti kima raksasa dan penyu laut.
  7. Dari segi fisik terumbu karang berfungsi sebagai pelindung pantai dari erosi dan abrasi, struktur karang yang keras dapat menahan gelombang dan arus sehingga mengurangi abrasi pantai dan mencegah rusaknya ekosistim pantai lain seperti padang lamun dan magrove
  8. Terumbu karang merupakan sumber perikanan yang tinggi. Dari 132 jenis ikan yang bernilai ekonomi di Indonesia, 32 jenis diantaranya hidup di terumbu karang, berbagai jenis ikan karang menjadi komoditi ekspor. Terumbu karang yang sehat menghasilkan 3 - 10 ton ikan per kilometer persegi pertahun.
  9. Keindahan terumbu karang sangat potensial untk wisata bahari. Masyarakat disekitar terumbu karang dapat memanfaatkan hal ini dengan mendirikan pusat-pusat penyelaman, restoran, penginapan sehingga pendapatn mereka bertambah
  10. Terumbu karang potensi masa depan untuk sumber lapangan kerja bagi rakyat Indonesia
Melanggar Hukum

Pengrusakan terumbu karang tersebut khususnya yang disebabkan oleh aktivitas manusia, merupakan tindakan inkonstitusional alias melanggar hukum. Dalam UU 1945 pasal 33 ayat 3 dinyatakan, Bumi dan air dan kekayaan alam yang terkandung didalamnya dikuasai oleh negara dan dipergunakan untuk sebesar-besarnya kemakmuran rakyat.

Pasal 33 ayat 3 ini merupakan landasarn yuridis dan sekaligus merupakan arah bagi pengaturan terhadap hal yang berkaitan dengan sumberdaya terumbu karang. Selain itu salah satu tujuan dari Strategi Konservasi Dunia 1980 adalah menetapkan terumbu karang sebagai sistem ekologi dan penyangga kehidupan yang penting untuk kelangsungan hidup manusia dan pembangunan berkelanjutan. Karena itu, terumbu karang di sebagai salah satu sumberdaya alam yang ada di Indonesia, pengelolaannya harus di dasarkan pada peraturan - peraturan, di antaranya:
  1. UU RI No. 4/1982, tentang ketentuan-ketentuan pokok pengelolaan lingkungan hidup.
  2. UU RI No. 9/1985. Tentang perikanan.
  3. UU RI No. 5/1990 tentang konservasi sumberdaya alam hayati dan ekosistem.
  4. UU RI No. 9/1990 Tentang Kepariwisataan.
  5. Peraturan pemerintah No. 29/1986 tentang analisa dampak lingkungan.
  6. Keputusan menteri kehutanan No. 687/Kpts.II/1989 tanggal 15 Nopember 1989 tentang pengusaha hutan wisata, Taman Nasional, Taman Hutan Raya dan Taman Hutan Laut.
  7. Surat edaran Menteri PPLH No. 408/MNPPLH/4/1979, tentang larangan pengambilan batu karang yang dapat merusak lingkungan ekosistem laut, situjukan kepada Gubenur Kapala Daerah, Tingkat I di seluruh Indonesia.
  8. Surat Edaran Direktur Jenderal Perikanan No. IK.220/D4.T44/91, tentang penangkapan ikan dengan bahan/alat terlarang - ditujukan kepada Kepala Dinas Perikanan Propinsi Daerah Tingkat I di seluruh Indonesia
Sumber : http://zoloyankey.blogspot.com/2009/07/mengapa-terumbu-karang-harus-di.html
READ MORE - Mengapa Terumbu Karang Harus Di Selamatkan?

 
 
 

TENTANG FORKOM

FORKOM KOMUNIKASI MASYARAKAT PENCINTA TERUMBU KARANG merupakan wadah komunikasi diantara masyarakat dalam upaya meningkatkan kesadaran terhadap pentingnya pelestarian ekosistem terumbu karang, COREMAP dengan komponen penyadaran masyarakat telah berupaya mengkampanyekan berbagai program kepada masyarakat luas. Selengkapnya

TRANSLATE POST

English French German Spain Italian Dutch

Russian Brazil Japanese Korean Arabic Chinese Simplified
Translate Widget by Google

Forkom Komunitas