BERSIH PANTAI UNTUK BUMI, LEBIH DARI 600 KG SAMPAH DIKUMPULKAN

Rabu, April 13, 2011


Pada tanggal 1 April 2011 kemarin, dilakukan kegiatan bersih pantai dan terumbu karang di pantai Jemeluk, Amed. Kegiatan ini diikuti oleh 12 penyelam yang merupakan perwakilan dari beberapa dive center dan puluhan masyarakat lokal di sekitar pantai Jemeluk. Dari kegiatan clean up selama dua jam-an ini didapatkan sampah seberat 600 kilogram lebih, yang terdiri dari sampah-sampah plastik, pakaian, botol kaca, jaring ikan, dan bahan non organik lainnya. Menurut keterangan dari beberapa warga setempat, banyaknya sampah diakibatkan oleh luapan sungai yang bermuara ke pantai Jemeluk, membawa sedimen dan sampah.

“Dalam musim-musim seperti ini, saya yakin bahwa apabila besok kita melakukan kegiatan yang sama, jumlah sampah yang dikumpulkan juga akan sama,” demikian ungkap Birger Finaut, manager dari Puri Wirata dive resort and spa di Amed. Seperti juga para pelaku pariwisata di Amed, mereka mengkhawatirkan dampak negatif sampah ini terhadap pariwisata.

“Banyak tempat-tempat pariwisata yang indah di Bali, seperti di sini, masih mempunyai masalah dengan sampah,” ujar Naneng Setiasih, program manager segitiga karang Coral Reef Alliance (CORAL). “Dan ini bukan hanya tugas pemerintah semata untuk menanganinya, namun juga tugas kita semua.”

CORAL bersama-sama dengan Yayasan Reef Check Indonesia telah menginisiasi pembangunan program percontohan pengelolaan sampah sederhana di sekolah-sekolah di sekitar kawasan Amed. Program ini dibangun sebagai program bersama yang melibatkan pelaku bisnis, dan yayasan pendidikan di Amed (Yayasan Peduli Alam dan Yayasan Nata Nurani), sebagai bagian dari rencana untuk menciptakan kawasan wisata terumbu karang yang berkelanjutan.

I Ketut Anis ketua Bidang Konservasi Badan Lingkungan Hidup Karangasem kemudian menekankan pentingnya keterlibatan masyarakat setempat dalam menangani masalah sampah ini. Setelah mengumpulkan satu karung sampah dari pinggir laut, beliau menegaskan komitmen pemerintah dalam membantu memfasilitasi pihak-pihak terkait untuk mengurangi volume sampah ke daerah-daerah strategis seperti Amed.

Kegiatan ini dilaksanakan sebagai bagian dari kegiatan bulan bumi, untuk memperingati hari bumi pada tanggal 22 April. CORAL (Coral Reef Alliance) dan Yayasan Reef Check Indonesia bekerjasama dengan masyarakat lokal di berbagai tempat akan mengadakan serangkaian kegiatan. Clean up ini akan diikuti oleh kegiatan pelatihan-pelatihan di Sabang dan Bintan. Puncak peringatannya sendiri akan dilakukan di Tejakula, Singaraja, pada tanggal 22 April 2011.

Sumber : Go Blue Indonesia

READ MORE - BERSIH PANTAI UNTUK BUMI, LEBIH DARI 600 KG SAMPAH DIKUMPULKAN

PENYAKIT MISTERIUS SERANG TERUMBU KARANG



Karang Karimujawa

Pakar ilmu kelautan Universitas Diponegoro Semarang Prof Agus Sabdono mengatakan bahwa kerusakan terumbu karang di perairan Karimunjawa disebabkan suatu penyakit misterius.

"Terumbu karang yang terserang penyakit itu akan berubah warna menjadi merah muda dan dalam waktu antara 2-3 bulan akan mati. Ini yang tengah kami teliti saat ini," katanya di Semarang, Senin.

Agus yang akan dikukuhkan sebagai Guru Besar Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Undip itu menjelaskan terumbu karang yang terkena gejala menyerupai itu sebenarnya pernah ditemukan di perairan India.

Ia mengatakan gejalanya hampir sama, yakni terumbu karang berubah warna menjadi merah muda, namun di India polanya hanya garis-garis di terumbu karang, sementara di perairan Karimunjawa menyeluruh.

"Luasan terumbu karang yang terkena penyakit itu sudah cukup besar. Saya tidak ingat persis angkanya, namun terumbu karang berpenyakit itu banyak ditemukan di sebelah Utara Pulau Sambangan, Pulau Karimunjawa," katanya.

Selain penyakit itu, kata dia, pihaknya juga menemukan berbagai penyakit lain yang menyerang terumbu karang, seperti `white plaque tipe I`, `tipe II`, `tipe III`, dan `black bone disease`," katanya.

Menurut dia, penyakit yang menjangkiti itu juga bisa membuat terumbu karang berubah warna, seperti "white plaque" membuat warna berubah putih atau "black bone disease" membuat terumbu karang menghitam.

"Kalau penyakit-penyakit ini biasa ditemukan di terumbu karang, namun untuk yang membuat warna terumbu karang berubah merah muda itu belum pernah ditemukan. Namun, penyebabnya karena bakteri," katanya.

Ia menjelaskan bahwa penyebab berbagai penyakit yang menyerang terumbu karang itu karena bakteri, diperparah dengan tekanan alam, termasuk pencemaran yang semakin memperlemah sistem pertahanan diri terumbu karang.

"Serangan bakteri ini terjadi mulai level molekuler, sel, hingga ke jaringan terumbu karang sehingga dalam waktu cepat akan membuat terumbu karang mati," katanya.

Penyakit yang menyerang terumbu karang itu, kata dia, tentunya merugikan, karena terumbu karang memiliki berbagai fungsi, seperti obat-obatan, bahan budi daya, dan pencegah terjadinya abrasi pantai.

"Untuk hewan-hewan laut lainnya, terumbu karang juga menjadi sumber makanan dan tempat hidup, seperti udang-udangan, kerang-kerangan, oktopus, dan rumput laut," katanya.

Karena itu, Agus mengatakan pihaknya tengah meneliti langkah untuk membasmi penyakit tersebut dan mengembalikan kondisi dan fungsi terumbu karang secara baik seperti sedia kala.

READ MORE - PENYAKIT MISTERIUS SERANG TERUMBU KARANG

 
 
 

TENTANG FORKOM

FORKOM KOMUNIKASI MASYARAKAT PENCINTA TERUMBU KARANG merupakan wadah komunikasi diantara masyarakat dalam upaya meningkatkan kesadaran terhadap pentingnya pelestarian ekosistem terumbu karang, COREMAP dengan komponen penyadaran masyarakat telah berupaya mengkampanyekan berbagai program kepada masyarakat luas. Selengkapnya

TRANSLATE POST

English French German Spain Italian Dutch

Russian Brazil Japanese Korean Arabic Chinese Simplified
Translate Widget by Google

Forkom Komunitas