SUMPAH PEMUDA DAN PERUBAHAN IKLIM

Selasa, November 01, 2011


Sekitar 300 mahasiswa lintas agama dari berbagai perguruan tinggi di Indonesia, 28-30 Oktober 2011, akan berkumpul dalam kegiatan Youth for Climate Camp (Y4CC) di Sawangan Golf Resort, Depok, Jawa Barat.

Panitia kegiatan ini, Sekretariat Dewan Nasional Perubahan Iklim Indonesia (DNPI), mengambil tema Bertanah Air Satu, Tanah dan Air Indonesia.

Ketua Harian DNPI, Rachmat Witoelar, Kamis (27/10/2011) di Jakarta, mengatakan, Y4CC ini pertama kalinya digelar. Diharapkan, kegiatan ini menjadi media sosialisasi kepada para pemuda, agar mendukung pemerintah mengendalikan permasalahan perubahan iklim.

Pada Jumat besok, tepat Hari Sumpah Pemuda 28 Oktober 2011, kegiatan dibuka dengan diskusi mengenai wawasan kebangsaan di Museum Mandiri Jakarta Barat.

Diskusi menghadirkan, Denny Indrayana (Wakil Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia), Hj Khofifah Indar Parawangsa (Ketua Umum Muslimat NU), dan KH Thanthowi Musaddad (Tokoh Ulama Lingkungan) yang dipandu Romo Andang Binawan.

Selain masalah iklim, para pemuda juga diajak mendalami nilai agama masing-masing untuk menjadi landasan motivasi kepedulian dan ke-Indonesia-an. Momen ini juga memberi kesempatan perjumpaan lintas agama secara lebih intensif, supaya bisa lebih saling mengenal, memahami, dan menyikapi masalah perubahan iklim.


READ MORE - SUMPAH PEMUDA DAN PERUBAHAN IKLIM

MASYARAKAT ADAT KOFIAU DUKUNG KONSERVASI RAJA AMPAT

Pembangunan berbasis ekosistem bukan saja menjaga alam tetapi sudah memperlihatkan peningkatan pada jumlah pendapatan asli daerah yang sangat berarti.
-- Manuel P Urbinas


RAJA AMPAT - Masyarakat adat Kofiau di Kepulauan Raja Ampat menyatakan komitmennya menjaga kelestarian sumber daya alat lautnya lewat Deklarasi Adat Zonasi Kawasan Konservasi Perairah Daerah (KKPD) di Kofiau dan Boo. Deklarasi ini merupakan bentuk dukungan masyarakat pada sistem zonasi yang telah ditetapkan 2007 lalu.

Deklarasi tersebut berlangsung Rabu (19/10/2011) di Pulau Gebe Kecil, Kepulauan Kofiau, didukung oleh Dinas Kelautan dan Perikanan (DKP) Kabupaten Raja Ampat dan LSM The Nature Conservancy (TNC). Dalam deklarasi yang juga ditandai dengan upacara adat itu, tokoh adat setempat, Elias Ambrauw, memberikan dokumen berisi tanda tangan pemegang hak ulayat zona larang tangkap.

Sesuai pembagian sebelumnya, Taman Pulau Kecil Raja Ampat dibagi menjadi 6 KKPD, salah satunya Kofiau dan Boo seluas 170.000 hektar. Adapun wilayah Kofiau dibagi menjadi empat zona, yakni zona ketahanan pangan dan pariwisata (sama dengan zona larang tangkap), zona sasi dan pemanfaatan tradisional masyarakat, zona perikanan berkelanjutan dan budidya, serta zona pemanfaatan lain. Lewat deklarasi ini, masyarakat bersama DKP nantinya akan menguatkan kemitraan untuk menjaga KKKPD Kofiau dan Boo dari kegiatan penangkapan secara berlebihan, penangkapan ikan yang merusak menggunakan bahan peledak dan bahan kimia berbahaya, serta penangkapan biota laut yang dilindungi.

Kepala DKP Kabupaten Raja Ampat, Manuel P Urbinas mengatakan, pemerintah bertekad mendukung kebijaksanaan pengelolaan berbasis ekosistem dalam kerangka kebijakan pembangunan Kabupaten Bahari Raja Ampat.

"Pembangunan berbasis ekosistem bukan saja menjaga alam tetapi sudah memperlihatkan peningkatan pada jumlah pendapatan asli daerah yang sangat berarti," ujarnya.
Manuel juga mengatakan, dukungan masyarakat adat Kofiau menjadi bukti bahwa masyarakat setempat memiliki kearifan lokal. Salah satu bentuk kearifan lokal itu adalah sasi, yakni upaya penutupan sementara atas segala ekstraksi sumber daya alam laut di suatu wilayah dengan kesepakatan bersama.

Pengelolaan alam Raja Ampat perlu dilakukan dengan baik, sebab wilayah ini merupakan salah satu wilayah dengan keanekaragaman hayati laut tertinggi di dunia. Kofiau sendiri memiliki 292 spesies terumbu karang dan 529 jenis ikan karang. Bagi Indonesia, kelestarian wilayah ini mendukung upaya pengembangan pariwisata Raja Ampat untuk ekonomi masyarakat.




READ MORE - MASYARAKAT ADAT KOFIAU DUKUNG KONSERVASI RAJA AMPAT

AUSTRALIA TINGKATKAN KONSERVASI DI SEGITIGA KARANG


Menteri Lingkungan Hidup Australia Tony Burke memimpin delegasi Australia di Pertemuan Tingkat Menteri Prakarsa Segi Tiga Karang (Coral Triangle Initiative ) di Jakarta, 27-28 Oktober 2011.

Menurut Burke pertemuan tersebut merupakan sebuah kesempatan bagi Australia untuk bekerja sama secara erat dengan tetangga-tetangganya di kawasan Segi Tiga Karang dan mendukung upaya mereka untuk fokus baik pada konservasi maupun pembangunan ekonomi melalui prakarsa tersebut."Segi Tiga Karang terkenal dengan keanekaragaman hayati yang mengagumkan. Kawasan ini memiliki lebih dari setengah dari terumbu karang dunia dan lebih dari sepertiga spesies ikan terumbu karang," tutur Burke.

Pada Juli 2011, Pemerintah Australia memberi komitmen 2,5 juta dolar Autralia melalui Prakarsa Segi Tiga Karang untuk membantu para tetangganya dalam upaya mereka untuk melindungi lingkungan bahari dan mendukung nafkah dan keamanan pangan yang berkelanjutan. Prakarsa Segi Tiga Karang adalah kemitraan pemerintah Indonesia, Malaysia, Papua Nugini, Filipina, Kepulauan Solomon, dan Timor Leste.


READ MORE - AUSTRALIA TINGKATKAN KONSERVASI DI SEGITIGA KARANG

 
 
 

TENTANG FORKOM

FORKOM KOMUNIKASI MASYARAKAT PENCINTA TERUMBU KARANG merupakan wadah komunikasi diantara masyarakat dalam upaya meningkatkan kesadaran terhadap pentingnya pelestarian ekosistem terumbu karang, COREMAP dengan komponen penyadaran masyarakat telah berupaya mengkampanyekan berbagai program kepada masyarakat luas. Selengkapnya

TRANSLATE POST

English French German Spain Italian Dutch

Russian Brazil Japanese Korean Arabic Chinese Simplified
Translate Widget by Google

Forkom Komunitas